BAGAIMANA
PANDANGAN MURTADHA MUTHAHHARI MENGENAI EPITIMOLOGI ISLAM
lajurinfo.my.id/ Murtadha muthahhari merupakan seorang cendekiawan islam termuka yang berasal dari Iran yang banyak memberikan kontribusi signifikan dalam berbagai bidang, termasuk filsafat, teologi, dan hukum Islam. Salah satu aspek penting dari pemimikirannya adalah epistimologi, yaitu studi tentang pengetahuan dan bagaimana kita memperolehnya. Murtadha Muthahhari menawarkan perspektif yang unik dalam epistimologi Islam, yang berakal pada tradisi Islam dan di warnai oleh dialog dengan filsafat Barat.
Dasar-dasar epistimologi Muthahhari menjelaskan bahwa memandang epistimologo sebagai disiplin yang tidak hanya berfokus pada sumber dan metode memperoleh pengetahuan, tetapi juga pada validitas dan kebenaran pengetahuan itu sendiri. Dalam pandangannya, pengetahuan bukan sekedar informasi yang dikumpulkan, melainkan suatu bentuk pemahaman yang mendalam tentang realitas.
Adapun sumber pengetahuan Murtadha Muthahhari mengidintifikasi beberapa sumber utama pengetahuan dalam epistimologi islam yaitu :
1. Wahyu (Revelation)
Bagi Muthahhari, wahyu merupakan sumnber pengetahuan yang tertinggi dan paling otoritatif. Wahyu dianggap sebagai bentuk pengetahuan yang diberikan langsung oleh Tuhan kepada manusia melalui para Nabi. Al-Qur’an dan hadis adalah contoh utama wahyu dalam islam yang memberikan panduan moral, hukum, dan spritual.
2. Akal (Reason)
Muthahhari menekankan pentingnya akal dalam memperoleh pengetahuan. Ia berpendapat bahwa akal adalah anigrah ilahi yang memungkinkan manusia untuk memahami alam semesta dan hukum-hukum yang mengaturnya. Akal berfungsi untuk menganalisis, menyimpulkan, dan memahami wahyu serta realitas empiris.
3. Pengalam indrawi (sensory experience)
Pengalaman indrawi atau empiris juga dianggap penting dalam epistimologi Muthahhari. Melalui pengamatan dan pengalaman langsung, manusia dapat memperoleh pengetahuan tentang dunia fisik. Pengalaman ini, jika digabungkan dengan akal, dapat menghasilkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang realitas.
4. Intuisi (intuition)
Muthahhari melihat intuisi sebagai bentuk pengetahuan langsung yang tidak melalui proses logis atau empiris. Intuisi sering berkaitan dengan pengetahuan spiritual atau mistis yang sulit dijelaskan dengan cara-cara konvensional.
Murtadha muthahhari juga menjelaskan bagaimana metode epistimologi yang dimana ia menggunakan beberapa metode dalam epistimologi untuk memastikan validitas dan kebenaran pengetahuan, adapun metode epistimologi yaitu :
1. Logika (logic)
Logika merupakan alat utama untuk memeriksa dan memvalidasi pengetahuan. Dengan menggunakan logika, Muthahhari berusaha untuk memastikan bahwa argumen-argumen yang di ajukan adalah koheren dan bebas dari kontradiksi.
2. Filosofis dan teologi
Muthahhari sering menggunakan pendekatan filosofis dan teologis untuk menggali lebih dalam tentang sifat pengetahuan. Ia tidak hanya berfokus pada aspek-aspek praktis, tetapi juga pada dimensi metafisik dari pengetahuan.
3. Kritisme
Kritisme merupakan suatu pendekatan yang digunakan Muthahhari untuk menilai pengetahuan. Ia mendorong sikap kritisme terhadap sumber-sumber pengetahuan untuk memastikan bahwa pengetahuan yang diperoleh benar-benar valid dan dapat diandalkan.
Selain itu Murtadha muthahhari menjelaskan integrasi dalam pengetahuan merupakan salah satu kontribusi terbesar dalam epistimologi islam adalah upayanya untuk mengintegrasikan berbagai sumber dan metode pengetahuan. Ia tidak melihat wahyu, akal, pengalaman indrawi, dan intuisi sebagai entitas yang terpisah, melainkan sebagai bagian dari suatu kesatuan yang harmonis. Integrasi ini memungkinkan pemahaman yang lebih holistik dan komprehensif tentang realitas.
Adapun tantangan dan relevansi epitimologi terhadap kontemporer bahwa epistimologi menghadapi beberapa tantangan dalam konteks kontemporer, terutama dengan munculnya ilmu pengetahuan modern dan berbagai filsafat Barat. Namun, relevansinya tetap kuat, terutama dalam diskusi mengenai hubungan antara agama dab sains, serta dalam mencari pemahaman yang lebih mendalam tentang realitas yang mencakup baik aspek material maupun spritual.
Adapun kesimpilan epistimologi islam murtadha muthahhari menawarkan kerangka kerja yang kaya dan kompleks untuk memahami pengetahuan dengan mengintegrasikan berbagai sumber dan metode pengetahuan, Murtadha muthahhari menunjukkan bahwa islam memiliki tradisi intelektual yang mendalam yang mampu berdialog dengan berbagai disiplin ilmu modern. Pendekatan tidak hanya relevan bagi umat islam, tetapi juga memberikan kontribusi berharga bagi diskusi global tentang pengetahuan dan realitas.
Penulis: Fadia Putri Nasution
Posting Komentar